Rabu, 02 Juni 2010

Sebuah Pembelajaran Dari Kakek-Nenek

Waktu itu sekelompok anak-anak muda sedang bermain di taman. Bersama pasangan masing-masing, mereka terlihat sangat menikmati kebebasan. Tak lama sepasang kakek nenek berjalan melintas di depan taman itu. Mereka bergandengan tangan sambil bercanda. Beberapa anak-anak muda yang sedang bermain di taman terbelalak dan tak ingin berkedip melihat kemesraan sepasang sejoli tua tersebut. Secara spontan anak-anak muda tadi bergumam, "Sudah tua masih juga kayak anak muda." Yang lain menimpali, "Apa enaknya sih ngegandeng tangan keriput?" Yang lain lagi menyahut, "Masa muda pacarannya kurang puas kali." Mereka memandang kakek-nenek yang bergandengan tangan itu sebagai sesuatu yang tidak pantas lagi, aneh, dan tidak tahu diri. Tapi benarkah demikian?

Orang yang bijak akan berpikir sebaliknya. Kakek-nenek yang bergandengan tangan dengan mesra merupakan cerminan dari perjalanan panjang sebuah kehidupan pernikahan. Hubungan yang sudah teruji melalui kesulitan hidup, melewati masa-masa penyesuaian, perjuangan hidup, kekurangan, penyakit dan beraneka ragam dinamika kehidupan berumah tangga. Tidak semua pernikahan berhasil sampai pasangan suami isteri menjadi kakek-nenek, namun tetap akur. Sebagian hanya bertahan beberapa bulan atau beberapa tahun. Ketika terjadi perubahan yang sulit diterima atau ketika terjadi ketidakcocokan, maka dengan mudahnya pasangan itu memutuskan untuk bercerai.

Jadi, jangan pernah menertawakan kakek-nenek yang masih bergandengan tangan walaupun mereka sudah tua. Sebaliknya, belajarlah dari mereka agar kitapun menjadi pasangan yang setia menjaga apa yang sudah dipersatukan Tuhan. Kakek-nenek itu telah berhasil melalui goncangan-goncangan dalam pernikahan, namun mereka tetap bertahan.

Kesiapan untuk menikah akan sangat mempengaruhi langgeng tidaknya sebuah pernikahan. Salah satu yang menandai kesiapan seseorang untuk menikah, yaitu jika ia bersedia menerima pasangannya apa adanya dan bahwa ia akan setia kepada pasangannya walau banyak hal yang berubah. Pernikahan yang langgeng tidak didasari oleh prinsip coba-coba, sekedar menyenangkan hati orang tua, mengejar status nikah atau menikah karena harta/alasan ekonomi.
Seseorang memutuskan untuk menikah karena ia merasa telah menemukan pasangan yang dengannya ia akan membangun bahtera pernikahan bersama, serta memperjuangkan agar bahtera pernikahan itu tetap kokoh. Inilah yang akan membuat sebuah pernikahan langgeng sampai kakek-nenek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar