Krisis keuangan global yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
- Membengkaknya aktifitas lindung nilai (hedging) yang dipakai untuk spekulasi ;
- Tingginya pertumbuhan kredit pada lembaga keuangan tanpa diiringi seleksi yang ketat terhadap calon debitur ;
- Pemberian kredit kepada anak perusahaan sendiri.
Namun karena negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara eropa lainnya, Jepang dan Australia juga terkena imbas krisis, maka negara seperti Indonesia harus berhati-hati, mengingat negara-negara maju tersebut memiliki peran yang yang sangat penting dalam perekonomian global.
Negara yang memiliki ketergantungan terhadap ekspor akan terkena pukulan yang paling berat. Sebaliknya negara-negara yang trading ekspornya tidak besar terkena dampak krisis yang relatif ringan. Prediksi kedepan, perekonomian belum akan membaik, perkembangannya relatif akan jalan ditempat (flat) sampai setahun kedepan. Permasalahan negara-negara di Asia juga tidak akan jauh berbeda, yaitu tidak mengalami banyak perbaikan dalam kurun waktu setahun kedepan.
Dalam hal ini, bank yang unggul adalah bank yang mampu mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi, baik pada saat ekonomi sedang bagus maupun pada saat terjadi krisis ekonomi. Bank yang kuat adalah bank yang selalu siap dan waspada terhadap situasi krisis, tetap menciptakan peluang bisnis dan bersiap mendulang keuntungan saat keadaan finansial kembali membaik.
Oleh sebab itu, perbankan agar tetap menyalurkan kredit meski kondisi ekonomi masih belum jelas. Apabila penyaluran kredit dihentikan, justru malah membuat situasi ekonomi dan bisnis menjadi kurang menguntungkan dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri menjadi stagnan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar