"Alif-laam-miim"
ketika ayat prtama di atas di lantunkan dengan tingkat kedalaman bacaan yang sesungguhnya, sungguh semuanya seakan terdiam sejenak. Angin berhenti mendesah, lautan membisu, gunung mematung, dan manusiapun berhenti kecerdasannya.
Subhaanallah..., begitulah yang terjadi. Tak ada makna terungkap, begitupun tak ada akal pikiran yg mampu menyelami kedalamannya.
Potongan-potongan hurup (huruful muqaththa'ah) yg mengawali surat di atas lebih nampak sebagai misteri dari pada sesuatu yg sedrhana, di lihat dari bentuknya.
Yang di berikan pada kita mungkin hanya sedikit singkapan tirai tentang keindahan dan kelezatan sastrawinya saja. Itupun hanya bisa di tangkap oleh segelintir orang dengan cita rasa bahasa yang tinggi, tak lebih.
Aliif-laam-mim adalah sebuah permulaan yg tak lazim untuk sgala macam bentuk tulisan.
Sejak manusia mengenal tradisi tulis menulis, tak ada seorangpun yang mengawali sebuah tulisan dengan penyebutan hurup-hurup scara terpisah-pisah tanpa merangkai kata, ini merupakan keganjilan, mengejutkan dan menantang.
Para sastrawan dan ahli bahasa pada masa Al-qur'an suci di turunkan terkejut dgn gaya bahasa yg tak biasa ini. Mereka terdiam, mereka menafakuri makna di balik kedahsyatan energi muatannya.
Lama mereka meraba sebelum akhirnya terpesona di balut rasa kagum trhadap gaya bahasa yg maha agung. Begitu pula kita, sejauh ini yg mungkin bisa kita lakukan baru sebatas menikmati saja hidangan sastra ilaahi yg keagungan dan keindahannya tak akan pernah sanggup di tandingi oleh siapapun baik di langit maupun di muka bumi, tidak jin tidak pula manusia.
Ada 32 surat dalam Al-qur'an suci yg ayat pembukaannya merupakan potongan-potongan hurup yg serupa dengan permulaan surat Al-baqarah di atas.
Sejauh ini belum ada komentar cendekiawan yg mampu memberi keyakinan terhadap maksud dari potongan-potongan hurup tersebut. Sebagian ada yg menganggap sebagai ayat "mutasyabbihat", hanya Allah saja yg mengetahui maksudnya, sebagian lagi ada yg berpendapat bahwa huruf-huruf itu merupakan singkatan dari kalimat-kalimat tertentu, dan terakhir ada yg menemukannya sebagai simpul-simpul dari otentisitas Al-qur'an.
Namun demikian, di saat kita memperhatikan keseluruhan permulaan surat-surat yg di awali oleh "huruful muqaththa'ah", sedikit penutup tersingkap. Huruf-huruf itu tegak di permulaan surat seakan sdang memancing perhatian pembacanya atau sedang menyampaikan pesan simbolik bagi pembaca, untuk kemudian memotivasinya supaya lebih seksama memperhatikan dan memahami ayat-ayat yg mengikutinya kemudian. Hal ini memberi pengertian bahwa ayat-ayat yg mengikuti huruful muqaththa'ah merupakan ayat-ayat spesial yg harus mendapat perhatian penuh dan pemahaman yg utuh, dan kemudian kita tahu bahwa ayat-ayat yg mengikuti huruful muqaththa'ah adalah ayat-ayat yg menjelaskan jati diri kitab suci Al-qur'an itu sendiri dgn segala macam informasinya yg di butuhkan oleh manusia demi menambah serta menguatkan keimanan terhadap kitab sucinya.
Hanya Al-qur'an yg memiliki kebenaran ilaahiyyah, tak ada yg mampu menyamainya.
Padanyalah bermuara syari'ah dan aqidah, dialah hakim yg mengadili seluruh pendapat manusia tentang agama mereka, dialah pedoman hidup di atas kebenaran yg hakiki, segala yg menyalahinya adalah kebohongan yg sia-sia.
"wallaahu a'lam".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar