Salah
satu larangan di museum (discoverdigitalphotography)
Jakarta - Museum adalah salah satu tempat yang layak
dimasukkan dalam daftar kunjungan wisata saat berlibur. Menilik
karya-karya menawan yang dipajang dan arsitektur bangunan museumnya
sendiri yang nyeni, sayang jika tidak mengabadikannya dalam
bentuk foto.
Akan tetapi, tak seperti tempat wisata lainnya, museum memiliki kebijakan yang lebih ketat ketika berurusan dengan kegiatan memotret. Di luar itu, kondisi pencahayaan di museum yang tidak terlalu terang menjadi persoalan tersendiri.
Namun bukan berarti hal ini tidak ada solusinya. Dikutip detikINET dari ExposureGuide, Jumat (7/9/2012), berikut cara mengatasi kendala memotret di museum :
1. Sebelum Memulai
Bagi sebagian orang pasti sudah mengetahui bahwa museum memiliki peraturan yang ketat mengenai aktivitas memotret. Larangan ini salah satunya adalah larangan pemakaian flash atau larangan memotret benda-benda tertentu.
Namun, sebagian besar museum masih membolehkan pengunjung untuk memotret arsitektur bangunan dan area di luarnya. Untuk melakukannya, pilih aperture besar (f/2.8-f/4.0) guna memasukkan cahaya yang cukup. Bila perlu, gunakan tripod atau monopod saat memakai shutter speed rendah jika flash tidak boleh digunakan.
2. Memotret dalam Kondisi Low Light
Pencahayaan di museum biasanya tidak terlalu terang. Oleh karena itulah diperlukan penyettingan kamera secara tepat.
Pakai ISO setidaknya di angka 400. Jika flash tak boleh dipakai, gunakan aperture terlebar semampu Anda sehingga Anda bisa menggunakannya secara hand hold dan pakailah shutter speed tinggi.
Pasalnya, terkadang saat memotret display, tripod juga dilarang karena bisa menghalangi orang lain untuk melihat karya yang dipajang.
3. Hindari Refleksi Kaca
Banyak pameran yang dipajang di dalam kaca, terutama artefak dan lukisan berharga. Untuk menghindari refleksi, jangan pernah gunakan flash, di luar penggunaannya memang tidak diperkenankan.
Dalam kasus ini, Anda harus mendekatkan lensa ke kaca, jika ini dibolehkan. Namun, bersihkan dulu kaca di depan Anda agar bekas sidik jari tidak ikut terekam dalam foto.
Jika Anda bisa memakai filter polarisasi, ini juga akan sangat membantu mengurangi refleksi. Kadang juga dibutuhkan menaikkan ISO karena banyak artefak yang dipajang dalam kondisi yang sangat temaram.
4. Perhatikan Detail
Jangan takut untuk mendekat pada obyek guna mendapatkan efek dramatis. Lensa makro di sini sangat membantu untuk menangkap detail.
Namun jika Anda harus berada dalam jarak yang agak jauh, pakailah lensa zoom. Atur settingan ke aperture besar yakni f/1.8 hingga f/4.0 dan kecepatan rana 1/100 per detik jika memakai flash atau 1/60 per detik dan lebih rendah jika tanpa flash.
5. Memotret Langit-langit
Beberapa museum memiliki aristektur yang menarik dan berseni. Terkadang, arsitektur apik ini bisa dijumpai di langit-langit.
Guna mengabadikan keindahannya, hadapkan kamera ke atas dan cobalah untuk tidak memakai flash. ISO 400 ke atas dibutuhkan agar kamera bisa berkompromi dengan cahaya yang minim. Gunakan self timer atau cable release bila dibolehkan memakai tripod, dengan tujuan mencegah foto menjadi blur.
Akan tetapi, tak seperti tempat wisata lainnya, museum memiliki kebijakan yang lebih ketat ketika berurusan dengan kegiatan memotret. Di luar itu, kondisi pencahayaan di museum yang tidak terlalu terang menjadi persoalan tersendiri.
Namun bukan berarti hal ini tidak ada solusinya. Dikutip detikINET dari ExposureGuide, Jumat (7/9/2012), berikut cara mengatasi kendala memotret di museum :
1. Sebelum Memulai
Bagi sebagian orang pasti sudah mengetahui bahwa museum memiliki peraturan yang ketat mengenai aktivitas memotret. Larangan ini salah satunya adalah larangan pemakaian flash atau larangan memotret benda-benda tertentu.
Namun, sebagian besar museum masih membolehkan pengunjung untuk memotret arsitektur bangunan dan area di luarnya. Untuk melakukannya, pilih aperture besar (f/2.8-f/4.0) guna memasukkan cahaya yang cukup. Bila perlu, gunakan tripod atau monopod saat memakai shutter speed rendah jika flash tidak boleh digunakan.
2. Memotret dalam Kondisi Low Light
Pencahayaan di museum biasanya tidak terlalu terang. Oleh karena itulah diperlukan penyettingan kamera secara tepat.
Pakai ISO setidaknya di angka 400. Jika flash tak boleh dipakai, gunakan aperture terlebar semampu Anda sehingga Anda bisa menggunakannya secara hand hold dan pakailah shutter speed tinggi.
Pasalnya, terkadang saat memotret display, tripod juga dilarang karena bisa menghalangi orang lain untuk melihat karya yang dipajang.
3. Hindari Refleksi Kaca
Banyak pameran yang dipajang di dalam kaca, terutama artefak dan lukisan berharga. Untuk menghindari refleksi, jangan pernah gunakan flash, di luar penggunaannya memang tidak diperkenankan.
Dalam kasus ini, Anda harus mendekatkan lensa ke kaca, jika ini dibolehkan. Namun, bersihkan dulu kaca di depan Anda agar bekas sidik jari tidak ikut terekam dalam foto.
Jika Anda bisa memakai filter polarisasi, ini juga akan sangat membantu mengurangi refleksi. Kadang juga dibutuhkan menaikkan ISO karena banyak artefak yang dipajang dalam kondisi yang sangat temaram.
4. Perhatikan Detail
Jangan takut untuk mendekat pada obyek guna mendapatkan efek dramatis. Lensa makro di sini sangat membantu untuk menangkap detail.
Namun jika Anda harus berada dalam jarak yang agak jauh, pakailah lensa zoom. Atur settingan ke aperture besar yakni f/1.8 hingga f/4.0 dan kecepatan rana 1/100 per detik jika memakai flash atau 1/60 per detik dan lebih rendah jika tanpa flash.
5. Memotret Langit-langit
Beberapa museum memiliki aristektur yang menarik dan berseni. Terkadang, arsitektur apik ini bisa dijumpai di langit-langit.
Guna mengabadikan keindahannya, hadapkan kamera ke atas dan cobalah untuk tidak memakai flash. ISO 400 ke atas dibutuhkan agar kamera bisa berkompromi dengan cahaya yang minim. Gunakan self timer atau cable release bila dibolehkan memakai tripod, dengan tujuan mencegah foto menjadi blur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar